Total Tayangan Halaman

Selasa, 18 Desember 2012

Media

MEDIA RADIO DAN REKAMAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok matakuliah Pengembangan Media PAI
Dosen Pengampu: Dr. Sukiman, M.Pd.



Disusun Oleh:
Mukhamat Munshorif    (19 / 10411062)
Ngudi Sukmana    (20 / 10411063)

KELAS V PAI B


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan baik menggunakan media Audio, Visual maupun audio-visual. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta perubahan sikap masyarakat membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya lebih maju dengan memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media pembelajaran.
Media audio Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal(kedalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat kita kelompokkan dalam media audio, antara lain, radio, alat perekam pita magnetik piringan hitam dan laboratorium bahasa. Dalam pembahasan kali ini pokok tema akan ditujukan pada alat media pembelajaran berupa radio dan alat rekaman.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari radio?
2.    Apa saja kelebihan dan kekurangan media radio?
3.    Bagaimana pemanfaatan media radio untuk pembelajaran?
4.    Apa pengertian dari media rekaman?
5.    Apa saja Kelebihan dan kekurangan media rekaman?
6.    Bagaimana penggunaan media rekaman?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari radio
2.    Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan media radio
3.    Untuk mengetahui pemanfaatan media radio untuk pembelajaran
4.    Untuk mengetahui pengertian dari media rekaman
5.    Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan media rekaman
6.    Untuk mengetahui penggunaan media rekaman





















BAB II PEMBAHASAN
A.    Radio
1.    Pengertian Radio
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990:719) diartikan: 1. siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara 2 pemancar radio; 3. pesawat radio. Dari pengertian tersebut radio adalah pesan atau materi siaran, pemancar radio yang berperan sebagai penerima siaran sehingga bisa didengarkan oleh para pendengar.
Rata-rata pengguna awal radio adalah para maritim, yang menggunakan radio untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah saat tenggelamnya kapal Titanic pada tahun 1912. Jika melihat peristiwa di Indonesia tentu kita tidak melupakan peristiwa pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang di dengarkan seluruh pelosok daerah dengan salah satunya disiarkan melalui media radio yang di rakit oleh Gunawan yang sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia. Pada masa sekarang radio sudah dijadikan institusi publik yang terbuka, artinya radio dapat dimiliki dan dioprasikan siapa saja dari latar belakang pendidikan, sosial-ekonomi dan kelompok masyarakat apapun. Radio di dalam dunia pendidikan sudah ada sejak tahun 1952 di Indonesia yang disebut (SRP) atau Siaran Radio Pendidikan.
1)    Radio AM
Radio AM (modulasi amplitudo). Pada tahun 1896 ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi mendapat hak paten atas telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Orang pertama yang melakukan siaran radio dengan suara manusia adalah Reginald Aubrey Fessenden. Ia melakukan siaran radio pertama dengan suara manusia pada 23 Desember 1900 pada jarak 50 mil (dari Cobb Island ke Arlington, Virginia) Saat ini radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas suara yang buruk.
2)    Radio FM
Radio FM (modulasi frekuensi), Pada tahun 1933 Armstrong menemukan sistem modulasi frekuensi (FM) yang menghasilkan suara jauh lebih jernih, serta tidak terganggu oleh cuaca buruk. Hampir 2000 stasiun radio FM tersebar di Amerika, FM menjadi penyokong gelombang mikro (microwave), pada akhirnya FM benar-benar diakui sebagai sistem unggulan di berbagai bidang komunikasi.
3)    Radio internet
Penemuan internet mulai mengubah transmisi sinyal analog yang digunakan oleh radio konvensional. Radio internet (dikenal juga sebagai web radio, radio streaming dan e-radio) bekerja dengan cara mentransmisikan gelombang suara lewat internet.
4)    Radio satelit
Radio satelit mentransmisikan gelombang audio menggunakan sinyal digital. Radio satelit hanya bisa bekerja yang tidak memiliki penghalang besar seperti terowongan atau gedung. Oleh karena itu perangkat radio satelit banyak dipromosikan untuk radio mobil. Untuk mendapat transmisi siaran yang baik, perlu dibuat stasiun repeater seperti di Amerika agar kualitas layanan prima.
5)    Radio berdefinisi tinggi (HD Radio)
Radio yang dikenal juga sebagai radio digital ini bekerja dengan menggabungkan sistem analog dan digital sekaligus. Dengan begitu memungkinkan dua stasiun digital dan analog berbagi frekuensi yang sama. Efisiensi ini membuat banyak konten bisa disiarkan pada posisi yang sama. Kualitas suara yang dihasilkan HD radio sama jernihnya dengan radio satelit, tetapi layanan yang ditawarkan gratis. Namun untuk dapat menerima siaran radio digital pendengar harus memiliki perangkat khusus yang dapat menangkap sinyal digital.
2.    Kelebihan dan kekurangan media radio
Sebagai suatu media radio mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan media yang lain, yaitu:
1)    Harganya relatif murah dan variasi programnya lebih banyak daripada TV.
2)    Sifatnya mudah dipindahkan (mobile).  Radio dapat dipindah-pindahkan dari satu ruang keruang lain dengan mudah.
3)    Jika digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio bisa mengatasi problem jadwal, program dapat direkam dan diputar lagi sesuka kita.
4)    Radio dapat mengembangkan daya imajinasi anak
5)    Dapat merangsang partisipasi aktif daripada pendengar. Sambil mendengarkan, siswa boleh menggambar, menulis, melihat peta, menyanyi maupun menari.
6)    Radio dapat memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya. (terutama ini amat berguna bagi program sastra/puisi).
7)    Siaran lewat suara terbukti amat tepat/cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa.
8)    Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik bila dibandingkan dengan jika dikerjakan oleh guru antara lain:
a.    Radio dapat menampilkan kedalam kelas guru-guru yang ahli dalam bidang studi tertentu, sehingga dapat mengatasi masalah kekurangan guru yang layak untuk mengajar.
b.    Pelajaran lewat radio bisa lebih bermutu baik dari segi ilmiah maupun metodis. Ini mengingat guru-guru kita jarang yang mempunyai waktu dan sumber-sumber untuk mengadakan penelitian dan menambah ilmu, sehingga bisa dibayangkan bagaimana mutu pelajarannya;
c.    Radio dapat menyajikan laporan-laporan seketika (on the spot). Pelayanan radio yang sudah maju mempunyai banyak sumber di perpustakaan arsip-arsip yang siap dipakai; dan
d.    Siaran-siaran yang aktual dapat memberikan suasana kesegaran (immediciacy) pada sebagian besar topik.
9)    Radio dapat mengerjakan hal-hal tertrntu yang tak dapat dikerjakan oleh guru. Dia dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dunia luar ke kelas. Kisah petualangan seseorang pengembara bisa diturunkan ke kelas-kelas secara langsung lewat radio.
10)    Radio dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; jangkuannya luas.
11)    Kemudia kelebihan radio didalam sumber buku yang lain menyatakan bahwa kelebihan radio yaitu dapat mencapai pendengaran dalam jumlah yang besar dengan lebih cepat dan lebih murah daripada sarana komunikasi lain.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, sebagai media pendidikan radio mempunyai kelemahan-kelemahan pula, diantaranya:
1)    Sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication)
2)    Biasanya siarannya disentralisasikan sehingga guru tak dapat mengontrolnya,
3)    Penjadwalan pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah. Integrasi siaran radio ke dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sering kali menyulitkan.
4)    Radio tidak dapat memberikan informasi secara terperinci, sebab para pendengarnya segera lupa dan informasi itu tidak dapat disimpan untuk digunakan dikemudian hari.
3.    Pemanfaatan Media Radio untuk Pembelajaran
1)    Belajar Mengajar Melalui Radio
Belajar melalui radio pendidikan merupakan kegiatan yang unik. Dikatakan demikian karena belajar melalui radio hanya menggunakan satu alat indera utama, yaitu indera pendengar. Yates mengemukakan ada tiga tahap proses mendengarkan yaitu, hearing, listening dan auding. Hearing adalah kegiatan mendengar, yaitu menggunakan alat indera pendengar untuk menerima rangsangan berupa bunyi atau suara. Listening adalah kegiatan mendengarkan, yaitu adanya keterlibatan mental manusia ketika mendengar bunyi atau suara. Sedangkan auding adalah kegiatan mendengarkan dan memahami apa yang didengarkannya. Walaupun sebagian besar kegiatan manusia digunakan untuk mendengarkan, namun tidak banyak hal yang diingat oleh otak manusia. Banyak hal yang kita dengarkan, tetapi banyak pula yang segera terlupakan, terlebih bila kita belum sampai pada tahapan auding. Agar tidak mudah lupa, kegiatan mendengrkan harus disertai dengan mencatat hal-hal pokok yang didengarkannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kegiatan mendengar bukanlah kegiatan yang pasif, melainkan kegiatan yang aktif. Karena dalam proses mendengar kita dituntut untuk memikirkan apa yang kita dengar agar dapat kita pahami. Oleh karena itu pendengar radio pendidikan harus memiliki kemampuan mendengar yang baik.
2)    Mengajar Melalui Radio
Kegiatan mengajar melalui radio mirip dengan kegiatan penyiaran (announcing). Perbedaannya hanya pada isi pesan yang disiarkan. Henneka seperti yang dikutip Effendy, memberikan definisi penyiaran sebagai berikut: Penyiaran adalah suatu usaha mengkomunikasikan informasi untuk memberitahukan sesuatu kepada pendengar. Meskipun informasi tersebut dapat mencapai jutaan pendengar, namun penyiaran tersebut ditujukan kepada pendengar secara perorangan, dan komunikasi ini akan sempurna hanya apabila si pendengar mendengarkan, memahami, tertarik dan kemudian melakukan apa yang telah ia dengarkan. Karena itu dalam memanfaatkan radio untuk kegiatan mengajar, berlaku pula prinsip-prinsip umum penyiaran, termasuk cara penulisan naskah siarannya. Adapun prinsip-prinsip umum penyiaran sebagai berikut:
1)    Menggunakan kata-kata yang sederhana, umum, lazim dipakai, mengesankan dan tidak melanggar kesopanan.
2)    Mengadakan pengulangan kata atau kalimat yang memuat gagasan penting
3)    Menggunnakan susunan kalimat yang logis, baik atau bergaya obrolan.
4)    Menggunakan kalimat yang ringkas.
5)    Angka-angka harus dibulatkan sesuai keperluan.
Penggunaan media radio dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat memberikan andil yang cukup menunjang diantaranya:
1)    Memberi tambahan wawasan materi pembelajaran yang berkaitan dengan unsur-unsur PAI, contohnya siaran-siaran radio tentang tafsir al-Qur’an yang disiarkn setiap hari oleh stasiun radio, hal tersebut dapat menunjang para siswa dalam mata pelajaran al-Qur’an kemudian masih banyak yang lain yang berhubungan dengan materi PAI seperti siaran ceramah siraman rohani, cerita sejarah Islam.
2)    Menjadi sumber pengetahuan para siswa dalam memperdalam proses pembelajaran dan tentunya sumber tersebut masih berhubungan dengan matapelajaran PAI.

B.    Media Rekaman
1.    Pengertian media rekaman
Rekaman berasal dari kata dasar rekam yang artinya dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah alur-alur bunyi (suara) pada piringan hitam. Dalam pembahasan ini media rekaman berarti suara baik itu suara musik, manusia, binatang atau lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran. Kaitannya dalam hal ini guru atau peserta didik dapat merekam pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk kemudian diperdengarkan di kelas atau oleh peserta didik secara individual.
Sudjana dan Ahmad Rifai mengemukakan hubungan media audio dengan pengembangan ketrampilan yang berkaitan dengan aspek mendengarkan meliputi:
a.    Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian. Misalnya, peserta didik mengidentifikasi kejadian tertentu dari rekaman yang didengarnya.
b.    Mengikuti pengarahan. misalnya, sambil mendengarkan pernyatan atau kalimat singkat, peserta didik menandai salah satu pilihan pernyataan yang mengandung arti yang sama.
c.    Melatih daya analisis. Misalnya, peserta didik menentukan urut-urutan kejadian atau suatu peristiwa, atau menentukan ungkapan mana yang menjadi sebab dan yang mana menjadi akibat dari pernyataan-pernyataan atau kalimat-kalimat rekaman yang didengarnya.
d.    Menentukan arti dari konteks. Misalnya, peserta didik mendengarkan pernyataan yang melum lengkap sambil berusaha menyempurnakannya dengan memilih kata yang disiapkan. Kata-kata yang disiapkan iti berbunyi sangat mirip dan hanya dapat dibedakan apabila sudah dalam konteks kalimat.
e.    Memilah-milah informasi atau gagasan yang relevan dan informasi yang tidak relevan. Misalnya, rekaman yang diperdengarkan mengandung dua sisi informasi yang berbeda dan peserta didik mengelompokkan informasi kedalam dua kelompok itu.
f.    Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat kembali informasi. Misalnya, setelah mendengarkan rekaman suatu peristiwa atau ceritra, peserta didik diminta untuk mengungkapkan kembali dengan kalimat-kalimat mereka sendiri.
Peralatan media rekaman telah mengalami perkembangan sedemikian rupa dari waktu kewaktu. Tahapan-tahapan perkembangan media setidaknya telah mengalami empat fase, yaitu gramophone, tape recording, multitrack recording, dan digital recording.
a.    Gramophone
Gramophone adalah satu-satunya alat perekam dan playbacak yang umum digunakan, tetapi zaman mulai berubah dan mulai muncul peralatan-peralatan yang lebih canggih sehingga alat ini tidak layak untuk digunakan.
b.    Tape recording
Tape recording disini menggantikan phonograph karena lebih mudah dan biaya yang lebih terjangkau. tape mulai popular pada tahun 1950-an perkembangan tape recording ini membawa perubahan yang pesat dalam membuat musik, proses edit menjadi mudah. Dengan adanya tape recording proses penambalan dan edit yang lebih mudah, berbagai kesalahan dapat diperbaiki dengan mudah.
c.    Multitrack Recording
Pada tahun 1940-an dimulainya eksperimen dengan menggunakan multitrack recording yang terus berkembang menjadi lebih rumit hingga tahun 1960-an. Dengn adanya multitrack recording, teknik merekam dengan memisahkan grup artis dapat dilakukan juga dapat mengeluarkan efek suara stereo.
d.    Digital Recording
Music Digital Recording (MDR) adalah sebuah teknik sistem rekaman musik secara digital dengan mempergunakan alat-alat digital, yang akhir-akhir ini telah banyak beredar seiring dengan berkembangnya teknologi komputerisasi itu sendiri.

2.    Kelebihan dan kekurangan media rekaman
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan alat perekam sebagai media pendidikan:
Kelebihan alat perekam sebagai media pendidikan:
a)    Mempunyai fungsi ganda yang efektihf sekali, untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya. Playback dapat segera dilakukan  setelah rekaman selesai  pada mesin yang sama.
b)    Pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.
c)    Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya dapat dipakai lagi.
d)    Pita rekaman dapat digunakan sesuai jadwal yang ada. Guru dapat secara langsung mengotrolnya.
e)    Program kaset dapat menyajikan kegiatan-kegiatan/hal-hal di luar sekolah. (hasil wawancara atau rekaman-rekaman kegiatan).
f)    Program kaset bisa menimbulkan berbagai kegiatan (diskusi, dramatis dan lain-lain)
g)    Program kaset memberikan efisiensi dalam pengajaran bahasa (laboratorium bahasa).
Media rekaman mempunyai beberapa kekurangan diantaranya:
a)    Daya jangkuannya terbatas. Jika radio sekali disiarkan dapat menyiarkan pendengar yang massal di tempat-tempat yang berbeda, program kaset hanya terbatas di tempat program disajikan saja, dan
b)    Dari segi biaya pengadaannya bila untuk sasaran yang banyak  jauh lebih mahal.

3.    Penggunaan media rekaman
Penggunaan media rekaman dalam pengajaran dibatasi hanya oleh imajinasi guru dan siswa. Media rekaman dapat digunakan dalam semua fase pengajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Penggunaan media rekaman sangat mendukung sistem pembelajaran tuntas (mastery learning). Siswa yang belajarnya lamban dapat memutar kembali dan mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasainya. Di lain pihak, siswa yang dapat belajar dengan cepat bisa maju terus sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya. Siswa juga dapat berlatih mengenal kembali dan melatih pengucapan kata-kata dari bahasa asing, atau kata-kata yang belum dikenali.
Menurut Azhar langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media rekaman adalah sebagai berikut:
Pertama, Mempersiapkan diri. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi. Salah satu cara mempersiapkan diri sebelumnya adalah dengan memeriksa dan mencobakan materi itu, membuat catatan tentang hal-hal penting yang tercakup dalam materi rekaman itu, dan menentukan apa yang akan digunakan untuk membangkitkan minat, perhatian, dan motivasi siswa, bagian mana yang akan menjadi bahan utama diskusi dan yang mana dijadikan penilaian pemahaman siswa.
Kedua, Membangkitkan kesiapan siswa. Siswa dituntun agar memiliki kesiapan untuk mendengar, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan pertanyaan-pertanyaan. Variasi lain dalam mempersiapkan murid untuk mendengar adalah (1) mengidentifikasi materi judul, peserta, atau keadaan yang terjadi pada saat produksi, (2) memberikan informasi latar belakang yang menarik tentang program itu, (3) membahas secara singkat bersama siswa mengenai topik dan memunculkan beberapa pertanyaan kunci di mana jawabannya diharapkan dapat diperoleh dari materi audio itu, (4) membuat di papan tulis daftar kata-kata kunci atau frase kunci yang terkandung dalam bahan rekaman itu, (5) menjelaskan mengapa siswa harus mendengarkan materi rekaman itu, bagaimana materi itu berkaitan dengan pengetahuan dan tugas siswa saat ini, apa yang diharapkan siswa lakukan selama dan setelah mendengarkan materi rekaman itu, dan bagaimana siswa diharapkan dapat memperoleh keuntungan dari materi itu.
Ketiga, Mendengarkan materi rekaman. Tuntun siswa untuk menjalani pengalaman mendengar dengan waktu yang tepat atau dengan sedikit penundaan antara pengantar dan mulainya proses mendengar. Dorong siswa untuk mendengarkan dengan tenang, pusatkan perhatian kepada materi rekaman, mendengarkan dengan pikiran terbuka dan dengan kemauan, dan dengan sadar menghubungkan apa yang didengar dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibahas sebelum program ini dimulai.
Keempat, Diskusi (membahas) materi program rekaman. Sebaiknya setelah selesai mendengar program itu, diskusi dimulai secara informal dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, seperti Bagian mana (gagasan mana) yang paling berkesan/ menonjol dari program itu?". Setelah itu, barulah pindah ke pertanyaan-pertanyaan yang dipersiapkan, seperti Pertanyaan mana yang terjawab seluruhnya atau sebagian?", "Apakah siswa setuju dengan pandangan yang disajikan dalam program itu?", 'Dari sisi mana pandangan itu sama atau berbeda?", dan lain-lain. Diskusi ini selayaknya diakhiri dengan meminta satu atau dua orang siswa memberikan rangkuman (inti sari dan gagasan-gagasan utama) program rekaman itu.
Kelima, Menindaklanjuti program. Pada umumnya, diskusi dan evaluasi setelah mendengarkan program mengakhiri kegiatan mendengar. Namun demikian, diharapkan siswa akan termotivasi untuk mempelajari lebih banyak tentang pelajaran itu dengan melakukan bacaan di perpustakaan, membaca buku teks, menonton film yang berkaitan, atau melakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan isi materi program rekaman itu.
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa program rekaman dapat pula dijadikan kegiatan di rumah. Untuk membuat kegiatan mendengar di luar kelas atau di rumah lebih efektif dan produktif, berbagai teknik dapat digunakan, antara lain: (1) melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan rekaman yang baik, (2) Menghubungkan kegiatan mendengar di luar kelas dengan tugas-tugas sekolah, seperti mendorong siswa untuk membuat laporan atau diskusi berdasarkan hasil kegiatan mendengar di rumah, atau dengan memberi rekomendasi buku-buku yang berkaitan program drama atau opera penting, dan (3) mendiskusikan dan memeriksa cara di mana kebiasaan belajar di rumah bisa ditingkatkan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi sejauh mana perkembangan kemampuan siswa mendengar, memahami, dan menghargai materi rekaman perlu diberikan beberapa contoh sebagai berikut:
1)    Mengukur kemampuan siswa memperoleh informasi dan pemahaman melalui materi rekaman dengan memberikan tugas untuk mendengar rekaman kuliah atau pidato. Ajukan pertanyaan yang menyangkut fakta atau interpretasi berdasarkan apa yang didengar.
2)    Perdengarkan satu bagian dari rekaman pidato atau drama yang siswa belum kenal. Tugaskan siswa untuk mengidentifikasi berbagai unsur, seperti pembicara, jenis kesempatan, waktu, peristiwa sebelum atau sesudahnya, dan signifikansi gagasan-gagasan yang diungkapkan.
3)    Perdengarkan seluruh atau sebagian drama, pidato atau kuliah kemudian mintalah siswa secara kritis mengevaluasi apa yang telah didengarnya dengan memperhatikan pendapat dan gagasan yang diungkapkan, kualitas drama, pengucapan pembicara, penekanan dan ekspresi, panjang pidato/kuliah, dan aspek lainnya.
4)    Dengarkan sebagian dari sajian ceritera-masalah, tetapi hentikan sebelum akhir ceritera, kemudian mintalah siswa memberikan akhir cerita menurut versi mereka berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip dan informasi yang berkaitan.
5)    Perdengarkan bagian akhir yang dramatis saja dari ceritera yang terkenal. Mintalah siswa mengembangkan secara kreatif unsur-unsur dasar peristiwa yang mungkin diungkapkan sebelum akhir ceritera yang telah didengar.
Secara khusus, pemanfaatan media rekaman dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu dapat digunakan seperti untuk belajar membaca al-qur’an. Guru dapat memanfaatkan kaset tape recorder tentang bacaan-bacaan ayat alqur’an. Sehingga siswa akan dapat tertarik untuk mendengarkan bacaan tersebut, karena yang membacakannya adalah orang yang telah memiliki kualifikasi seperti Qori’ Nasional dengan bacaan yang fashih dan alunan suara yang indah. Adapun yang lain seperti rekaman pidato siraman rohni, pidato pengajian yang di dalamnya mengandung unsur-unsur PAInya bahkan pada saat guru menyampaikan pembelajaran dengan ceramah juga dapat direkam dan dapat diputar kembali oleh siswa. Dengan demikian siswa akan merasa tenang dan senang serta tertarik untuk memperhatikan apa yang dibacanya.













BAB III KESIMPULAN

Radio adalah pesan atau materi siaran, pemancar radio yang berperan sebagai penerima siaran sehingga bisa didengarkan oleh para pendengar. Dalam proses pembelajaran dalam lembaga-lembaga formal radio tidak dijadikan sebagai media yang berperan sangat besar untuk proses pendidikan tersebut, namun radio disini bisa dijadikan sebagai media penunjang dalam proses pembelajaran di lembaga-lembaga tersebut. Informasi dari radio juga dapat mengembangkan wawasan pengetahuan para pendidik ataupun peserta didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan dan tentunya informasi tersebut masih ada kaitannya dengan pendidikan.
Media rekaman disini diartikan sebagai suara baik itu suara musik, manusia, binatang atau lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran. Media ini sebenarnya dalam proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan mempunyai andil yang sangat besar untuk menunjang perkembangan para pendidik ataupun peserta didik, karena media rekaman ini sangatlah bisa menyesuaikan dari kondisi kemampuan peserta didik hal ini dapat di contohkan misal seorang siswa yang lambat dalam menerima ilmu dari gurunya maka ia bisa merekam ceramah dari guru tersebut dan di putar berulang-ulang sampai ia paham pada waktu yang berbeda. Di lain pihak, siswa yang dapat belajar dengan cepat bisa maju terus sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya. Siswa juga dapat berlatih mengenal kembali dan melatih pengucapan kata-kata dari bahasa asing, atau kata-kata yang belum dikenali. Pemanfaataan media rekaman ini samapi saat inipun masih berperan sangat besar dalam pendidikan yang terus mengalami perkembangannya.



DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sadiman, dkk. 1993. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Eduar Depari dan Colin Macdrews. 1998. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Masduki. 2003. Radio Siaran dan Demokrasi. Yogyakarta: Jendela.
Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana.
Setiadi. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogjakarta: PT Pustaka Insan Mandiri.
http://20229733.siap-sekolah.com/index.php/2010/09/24/siaran-radio-untuk-pendidikan/.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio.
PENDIDIKAN DAN KONFLIK SOSIAL DI SEKOLAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas individu Matakuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Sabarudin, M. Si.


Disusun Oleh:
Mukhamat Munshorif    (19/ 10411062)
KELAS V PAI B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, sebagai Tuhan penguasa bumi dan langit serta semua yang ada diantara keduanya. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, para sahabat dan pengikut setianya, yang telah membuka penglihatannya dan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama Islam.    
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, dapat memberikan wawasan, baik untuk pribadi serta orang lain yang berhubungan dengan pendidikan dan konflik sosial di sekolah yang lebih bermakna.
Pemakalah menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal sistematika penulisannya  dengan berpegangan bahwa segala kesempurnaan hanya milik Allah swt, maka dengan kerendahan hati dari segala pandangan kritik dan saran sangat saya nantika demi kesempurnaan makalah ini, saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 15 November 2012

 Penyusunan




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….    i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..    ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….    iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….    1
A.    Latar Belakang…………………………………………………………..    1
B.    Rumusan Masalah……………………………………………………….    2
C.    Tujuan dan Manfaat…………………………………………………….    2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..    3
1.    Pengertian pendidik ………………………………………………….    3
2.    Peran dan fungsi pendidik …………………………………………..    5
3.    Pengertian peserta didik …………………………………………….    6
4.    Tugas dan kewajiban peserta didik …………………………………    8
5.    Pengertian lingkungan pendidikan …………………………………    10
6.    Macam-macam lingkungan pendidikan    …………………………….    10
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………    14
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konflik merupakan gejala social yang serba hadir dalam kehidupan social, sehingga konflik bersifat inheren, artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, di mana saja dan kapan saja. Di dalam dunia pendidikan sekolahpun permasalahan seperti konflik juga sering terjadi dikarenakan adanya perbedaan status sosial yang dibawa dari kebudayaannya. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial  merupakan gejala yang selalu mengisi  setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Di dalam setiap kehidupan soial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan, dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa di antaranya ada yang dapat, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkeil hingga peperangan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai konflik di dalam suatu lembaga terutama pokok pembahasan kali ini yaitu pada bidang pendidikan yang memfokuskan konflik sosial di sekolah, maka perlu adanya pendukung-pendukung seperti landasan teori tentang konflik itu sendiri, maka dalam bab yang akan pemekalah sajikan yaitu konflik sosial di sekolah yang dilandasi oleh beberapa teori konflik.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa saja macam-macam teori konflik sosial?
2.    Apa yang menyebabkan terjadinya konflik sosial?
3.    Bagaimana hubungan pendidikan dan konflik sosial di sekolah?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui macam-macam teori konflik sosial?
2.    Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik sosial?
3.    Untuk mengetahui hubungan pendidikan dan konflik sosial di sekolah?

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Konflik Sosial
Sebelum mengetahui beberapa dari macam-macam teori konflik, maka alangkah baiknya terlebih dahulu diberi pengantar tentang pengertian konflik itu sendiri. “Konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. William Chang mempertanyakan “benarkah konflik social hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, tempat tinggal, pekerjaan, uang, dan kekuasaan?”, ternyata jawabannya tidak; dan ditanyakan oleh Cang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Dari pemaparan di atas secara sederhana konflik dapat diartikan sebagai perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan, menyingkirkan, mengalahkan atau menyisihkan.
Teori konflik adalah salah satu prspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu system yang terdiri dari berbagai bagian  atau komponen yang mempunyai kepentingan berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
1.    Teori Konflik Mark
Mark mempunyai beberapa pandangan tentang kehidupan sosial yaitu:
a.    Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat berbagai bentuk pertentangan.
b.    Bagi Mark, konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan asset-aset yang bernilai. Jenis dari konflik antara individu, konflik antara kelompok, dan bahkan konflik antar bangsa. Tetapi bentuk konflik yang paling menonjol menurut Marx adalah konflik yang disebabkan oleh cara produksi barang barang yang material.
c.    Karl Mark memandang masyarakat terdiri dari  dua kelas yang didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi yaitu kelas borjuis dan proletar.
d.     Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yang dalam hal ini adalah perusahaan sebagai modal dalam usaha.
e.    Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain hanyalah menjual tenaganya.
2.    Teori Konflik Ralf Dahrendof
Ralf Dahrendof menyatakan bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas dasar pemilikan kewenangan (authority), yaitu kelas yang memiliki kewenangan (dominan) dan kelas yang tidak memiliki kewenangan (subjeksi).
     Secara garis besar pokok-pokok teori ini adalah:
a.    Setiap kehidupan sosial berada dalam proses perubahan, sehingga perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap perubahan kehidupan sosial. Gejala perubahan kebanyakan sering diikuti oleh konflik baik secara personal maupun secara interpersonal.
b.    Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik didalam dirinya sendiri, oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi setiap kehidupan sosial. Gejala konflik akan berjalan seiring dengan kehidupan sosial itu sendiri, sehingga lenyapnya kehidupan sosial.
c.    Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi pertumbuhan dua variabel yang saling berpengaruh. Elemen-elemen tersebut akan selalu dihadapkan pada persamaan dan perbedaan, sehingga persamaan akan mengantarkan pada akomodasi sedangkan perbedaan akan mengantarkan timbulnya konflik.
d.    Setiap kehidupan sosial, masyarakan akan terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi sejumlah kekuataan-kekuataan lain. Dominasi kekuatan secara sepihak akan menimbulkan konsiliasi, akan tetapi mengandung simpanan benih-benih konflik yang bersifat laten, yang sewaktu-waktu akan meledak menjadi konflik terbuka.
3.    Teori Konflik Jonathan Turner
Turner  memusatkan perhatiannya pada konflik sebagai suatu prosesi pristiwa-pristiwa yang mengarah kepada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih. Dia menjelaskan Sembilan tahapa menuju konflik terbuka. Adapun Sembilan tahap itu adalah sebagai berikut
a.    Sistem social terdiri dari unit-unit atau kelompok-kelompok yang saling berhubungan satu sama lain
b.    Didalam unit-unit atau kelompok-kelompok itu terdapat ketidakseimbangan pembagian kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan
c.    Unit-unit atau kelompok-kelompok yang tidak berkuasa atau tidak mendapat bagian dari sumber-sumber penghasilan mulai  mempertanyakan legimitasi system tersebut
d.     Pertanyaan ataslegimitasi itu membawa mereka kepada kesadaran bahwa mereka harus mengubah system alokasi kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan itu demi kepentingan mereka
e.    Kesadaran itu menyebabkan mereka secra emosional terpancing untuk marah
f.    Kemarahan tersebuut seringkali meledak begitu saja atas cara yang tidak terorganisir
g.     Keadaan yang demikian menyebabkan mereka semakin tegang
h.    Ketegangan yang semakin hebat menyebabkan mereka mencari jalan untuk mengorganisir diri guna melawan kelompok yang berkuasa.
i.    Akhirnya konflik terbuka bisa terjadi antara kelompok yang berkuasa dan tidak berkuasa. Tingkatan kekerasan dalam konflik sangat tergantung kepada kemampuan masing-masing pihak yang bertikai untuk mendefinisikan kembali kepentingan mereka secara obyektif atau kemampuan masing-masing pihak untuk menanggapi, mengatur, dan mengontrol konflik itu.
   
4.    Teori Konflik Lewis Coser
Teori konflik yang dikemukakan oleh Lewis Coser  sering kali disebut teori fungsionalisme konflik karena ia menekankan fungsi konflik bagi system sosial atau masyarakat. Salah satu hal yang membedakan Coser dari pendukung teori konflik lainnya ialah bahwa ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok. Lewis Coser menyebutkan beberapa fungsi dari konflik yaitu;
a.    Koflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar. Dalam masyarakat yang terancam didentegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan.
b.    Keompok dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarkannya kepada aliansi-aliansi dengan kelompok-kelompok lain.
c.     Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir menjadi berperan secara aktif.

d.    Teori Konflik C. Wright Mills
Teori konflik C. Wright Mills. Mills adlah salah satu sosiolog Amerika yang berusaha menggabunkan perspektif konflik dengan kritik terhadap keteraturan sosial.
    Jadi dari beberapa teori konflik di maka dapat di ambil kesimpulannya, teori konflik itu elemen-elemen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda sehingga mereka berjuang untuk saling mengalahkan satu sama lain guna meperoleh kepentingan yang sebesar-besarnya. Menurut karl Marx konflik merupakan salah satu kenyataan sosial yang bisa di temukan diman-mana, sedangkan menurut Ralf Dahendorf masyarakat mempunyai 2 wajah yakni konflik dan konsensus, kemudian menurut Jonathan Turner konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa yang mengarah pada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih, lalu menurut Lewis Coser Ia memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari konflik, dan yang terakhir menurut C. Wright Mills Ia menggabungkan perspektif konflik dengan kritik terhadap keteraturan sosial.
B.    Penyebab Terjadinya Konflik
C.    Hubungan Pendidikan dan Konflik Sosial di Sekolah
TINJAUAN FILOSUFIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Individu Matakuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Maragustam, M. A.



Disusun Oleh:
Mukhamat Munshorif    (19/ 10411062)
KELAS IV PAI B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sesuatu tindakan pendidikan merupakan bagian dari proses yang diharapkan untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini diperintah oleh tujuan-tujuan akhir yang umum. Tujuan pendidikan itu sendiri merupakan gambaran dari filsafat atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok.
Membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut system nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan dan religi, filsafat, ideologi, dan sebagainya. Dalam lembaga pendidikan suatu tujuan itu sendiri bersangkut paut dengan hasil akhir dari suatu langkah yang diambil dalam memasuki salah satu bidang pendidikan. Sesuatu tujuan itu meliputi aktivitas yang rapi, tertib dan teratur yang bergerak maju menuju sasaran, yaitu pelaksanaan proses dengan sempurna hingga akhir. Tujuan tertinggi dari pendidikan adalah untuk menyempurnakan pribadi seseorang dengan menonjolkan segala tenaga potensial yang dimilikinya.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa arti dari Tujuan Pendidikan?
2.    Apa fungsi Tujuan Pendidikan?
3.    Bagaimana cara menentukan Tujuan Pendidikan?
4.    Apa kriteria kualifikasi Tujuan Pendidikan?
5.    Apa arti Tujuan Tertinggi dari Pendidikan?
C.    Tujuan dan Manfaat
Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Tujuan Pendidikan.
2.    Untuk mengetahui fungsi Tujuan Pendidikan.
3.    Untuk mengetahui cara menentukan Tujuan Pendidikan.
4.    Untuk mengetahui  Kriteria Kualifikasi Tujuan Pendidikan.
5.    Untuk mengetahui arti dari Tujuan Tertinggi dari Pendidikan.
Manfaat
1.    Secara teoritis
Memberikan wawasan pengetahuan dalam bidang Filsafat Pendidikan, terutama kajian terhadap tinjauan Filosofis tentang Tujuan Pendidikan.
2.    Secara praktis
Memberikan wawasan bagi pemakalah untuk menerapkan ilmu yang bermanfaat bagi peserta didik demi menuju tujuan pendidikan yang telah ditetapkan melalui proses pembelajarannya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tujuan Pendidikan
Setiap pelaksanaan pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini diperintah oleh tujuan-tujuan akhir yang umum pada esensinya ditentukan oleh masyarakat, yang dirumuskan secara singkat dan padat, seperti kematangan dan kesempurnaan pribadi. Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik individu maupun kelompok. Tujuan pendidikan itu sendiri menyangkut beberapa sistem dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan atau religi, filsafat, ideologi.
Secara umum tujuan pendidikan diartikan dapat membawa anak ke arah tingkat kedewasaan. Artinya, membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri(mandiri) didalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini ada empat macam tujuan pendidikan yang tingkatan dan luasnya berlainan yaitu tujuan pendidikan Nasional, tujuan Institusional, tujuan Instruksional dan tujuan Kurikuler.
1.    Tujuan Pendidikan Nasional
Yaitu membangun kualitas manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga Negara yang berjiwa Pancasila yang mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan hubungan yang baik antara sesama manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetika, sanggup untuk membangun diri dan masyarakat.
2.    Tujuan Institusional
Adalah perumusan secara umum pola prilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.
3.    Tujuan Instruksional
Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa atau anak didik sesudah ia melewati keguatan instruksional yang bersangkutan dengan berhasil.
4.    Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler yaitu untuk mencapai pola prilaku dan pola kemampuan serta ketrampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga, yang sebenarnya merupakan tujuan institusional dari lembaga pendidikan tersebut. Tujuan kurikuler ini penting untuk menentukan macam pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, atau dengan singkat macam pengalaman apa yang akan diberikan kepada siswa.apabila tujuan kurikulum ditentukan oleh tujuan institusional, maka pada gilirannya tujuan kurikuler ini mempengaruhi dan menentukan tujuan institusional.
    Adapun tujuan pendidikan yang lain, maka definisi yang paling sederhana yaitu perubahan yang diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapai tujuannya baik pada tingkah laku individu maupun pada kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat dan pada alam sekitar individu hidup, atau proses pendidikan itu sendiri maupun proses pengajaran sebagai aktivitas yang asasi dan sebagai proposisi diantara profesi-profesi asasi di dalam bermasyarakat.
    Jadi tujuan pendidikan menurut definisi ini adalah perubahan-perubahan yang diinginkan pada bidang asasi yaitu:
a.    Tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu pelajar(learning) dan dengan pribadi mereka dan apa yang berkaitan dengan individu tersebut pada perubahan yang diinginkan pada perubahan tigkah laku aktivitas dan pencapaiannya dan pada persiapan yang diharuskan pada kehidupan dunia mereka.
b.    Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat sebagai keseluruhan, tingkah laku masyarakat umumnya dan dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang diinginkan, pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajauan yang diinginkan.
c.    Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan an pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi dan sebagai suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.
B.    Fungsi Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang berarti bahwa usaha tersebut permulaan dan mengalami pula akhirnya. Ada usaha terhenti karena mengalami kegagalan sebelum mencapai tujuan, namun usaha tersebut belum dapat disebut berakhir. Dan pada umumnya suatu usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah tercapai.
Dari paparan diatas maka fungsi tujuan pendidikan yang kita maksud adalah mengakhiri dan mengarahkan tujuan tersebut juga suatu tujuan dapat pula merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama kemudian fungsi dari tujuan pendidikan itu sendiri bisa bermakna memberi nilai pada suatu usaha-usaha tersebut.
Menurut Brubacher tujuan pendidikan melaksanakan tiga fungsi penting yang kesemuannya bersifat normatif yaitu:
a.    Tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif.
b.    Tujuan pendidikan tidak harus selalu memberi arah pada pendidikan tetapi harus mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin.
c.    Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau menyediakan kreteria-kreteria dalam menilai proses pendidikan.
Artinya, jika seseorang akan menguji murid atau anak didik atau pengakuan terhadap sekolah-sekolah menengah atau perguruan tinggi, ia harus mempunyai acauan pada tujuan pendahuluan.
       
C.    Cara Menentukan Tujuan Pendidikan
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan cara yang paling baik bagi seseorang pendidik dalam menentukan tujuan pendidikan.
Menurut John S. Brubacher bahwa dalam menentukan tujuan pendidikan dapat ditempuh tiga cara atau pendekatan yaitu:
a.    A Historial Analysis of social institutions approach.
Pendekatan melalui analisis historis lembaga-lembaga social adalah suatu pendekatan yang berorientasi kepada realita yang sudah ada dan telah tumbuh sepanjang sejarah bangsa itu. Pandangan hidup, kenyataan hidup, tata social dan kebudayaan menjadi pusat orientasi yang akan diwarisi.
Adapun kritik terhadap pendekata n ini adalah bahwa pendekatan ini akan menghasilkan suatu ststus quo pada analisa sejarah dapat menetapkan kenyataan apa yang terjadi dan apa pula yang diinginkan masyarakat. Namun analisa ini tidak mungkin untuk menetapkan apa yang diingini oleh masyarakat yang akan dating. Juga pendekatan ini dianggap tudak mampu untuk melakukan prediksi dan perencanaan tentang bagaimana bentuk dan nilai-nilai social yang dikehendaki oleh generasi mendatang di hari depan. Lembaga-lembaga social yang ada merupakan perwujudan dan warisan masa silam dan tentunya efektifitas dari lembaga-lembaga tersebut sulit untuk menjangkau dan berfungsi dihari depan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang takterduga.
b.    A Sosological Analysis of current life approach.
Pendekatan yang berdasarkan pada analisis tentang kehidupan yang aktual, dengan pendekatan ini dapat didiskusikan kenyataan kehidupan ini melalui analisis deskriptif tentang seluruh kehidupan masyarakat baik aktivitas anak-anak, orang dewasa dan motivasi mereka terhadap aktivitas tersebut dan bahkan juga tentang minat dan tujuan aktivitas tersebut. Di samping itu dengan pendekatan ini dapatlah pula dijabarkan perwujudan pendidikan seperti kurikulum dan beberapa kegiatan sebagai penunjangnya, analisa proses belajar mengajar, dan lain sebagainya dan segala sesuatu yang termasuk dalam analisa kebutuhan social, analisa jabatan, untuk dipersiapkan oleh pendidikan secara aktif.
c.    Normative philosophy approach.
Pendekatan melalui nilai-nilai filsafat normatif seperti filsafat Negara dan moral. Proses pendidikan pada dasarnya adalah melestarikan kebudayaan dan mewariskan nilai-nilai yang hidup sebagai pandangan hidup dan filsafat hidup sebagai eksistensi bangsa dengan kebudayaannya yang ada.
Jadi dalam menentukan tujuan pendidikan maka filsafat dan pandangan hidup merupakan dasar utama. Masing-masing bangsa mempunyai filsafat hidup sendiri-sendiri yang mungkin berbeda debgan bangsa satu denagn bangsa yang lain. Demikian masing-masing bangsa mempunyai ideologi sendiri-sendiri yang mungkin pula berbeda satu negara dengan negara yang lain. Dari pandangan hidup dan filsafat hidup itulah kemudian negara menentukan cita-cita kehidupan dan kehidupan ideologi dari negara itu yang biasa disebut dengan “filsafat negara”
D.    Kriteria Kualifikasi Tujuan Pendidikan
Yang dimaksud dengan kreteria kualifikasi hanya merupakan kreteria memenuhi syarat untuk dikatakan lengkap atau tidaknya suatu tujuan pendidikan.
Menurut John Dewey ada tiga kreteria yang baik untuk suatu tujuan, yaitu:
a.    Tujuan yang sudah ada haruslah menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya. Hal itu juga harus didasarkan kepada pemikiran pertimbangan yang telah berjalan kepada sumber-sumber dan kesulitan-kesulitan situasi yang ada.
b.    Suatu tujuan itu haruslah fleksibel dan dapat diubah-ubah yang disesuaikan menurut keadaan, suatu tujuan akhir yang dibuat diluar proses kegiatan mempunyai hubungan kerja dengan kondisi-kondisi konkret dari suatu situasi.
c.    Tujuan itu haruslah menunjukkan kebebasan kegiatan. Istilah “tujuan dalam pandanagn” adalah sugestif sifatnya untuk memberikan gambaran dalam pikiran kita atau kesimpulan dari beberapa proses. Satu-satunya cara yang mana kita dapat menentukan sesuatu aktivitas adalah dengan jalan menempatkan sasaran-sasaran tujuan didepan kita yang mana kegiatan kita akan berakhir.
Sehingga dapat dipahami bahwa karakteristik tujuan pendidikan yang baik itu antara lain:
1.    Suatu tujuan pendidikan harus ditegakkan diatas aktivitas dan keperluan sebenarnya (termasuk naluri dan kebiasaan tingkah laku yang asli) dari orang-orang tertentu yang harus dididik.
2.    Suatu tujuan haruslah dapat diterjemahkan menjadi suatu metode kerjasama dengan kegiatan-kegiatan anak yang sedang mengalami pengajaran. Dan tujuan itu harus memprakarsai suatu lingkungan atau situasi yang diperlukan untuk memberikan kebebasab kepada anak-anak membangkitkan kemampuan belajar mereka.
3.    Dan para pendidik ahruslah berhati-berhati terhadap tujuan yang menurut perkiraan bersifat umum dan meliputi(terakhir). Karena setiap aktivitas betapapun spesifikasinya tapi masih tetap bersifat umum dalam hubungan-hubungan tujuan yang bercabang-cabang dan beraneka ragam itu untuk secara tidak teratur yang membawa seseorang kepada maksud yang lain.
Dengan demikian jelaslah bahwa suatu tujuan dalam pendidikan menunjukkan hasil dari proses alamiah yang membawa kepada kesadaran menjadikannya sebagai suatu faktor untuk menentukan observasi dan memilih cara-cara untuk bertindak. Atau dengan kata lain bahwa dalam pendidikan adanya suatu kegiatan yang sadar akan tujuan untuk memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode, alat evaluasi disamping memberikan arah kemana harus menuju dalam kegiatan yang dilakukan.
E.    Tujuan Tertinggi dari Pendidikan
Tujuan tertinggi pendidikan adalah penonjolan diri pribadi, disini kita harus melihat sifat manusia, untuk melihat apa kekuatan potensial yang dimilikinya, kemudian menyusun suatu program pendidikan yang bertujuan untuk menonjolkan atau membuktikan adanya kekuatan-kekuatan potensial itu. Atau sebagaimana dikatakan orang bahwa pendidikan itu harus bertujuan untuk menyempurnakan pribadi seseorang dengan menonjolkan segala tenaga potensial yang dimilikinya.
Penonjolan pribadi disini tidak boleh dikacaukan dengan penamplian diri, sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan. Tujuan tertinggi dari penonjolan diri pribadi adalah merealisasi diri seseorang tapi tidak keterlaluan dan kualified.
    Disini, filsafat pendidikan dapat hadir mempersiapkan konsep falsafi sesuai dengan pandangan hidup bangsa terikat sebagai landasan konseptual sebagai pelaksanaan system pendidikan yang akan dilakukan. Tanpa filsafat pendidikan, proses penyelenggaraan bias akan menjadi kegiatan yang justru menghancurkan Bangsa.
Pendidikan di Indonesia terproyeksikan pada ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai falsafahnya. Oeh karena itu, pendidikan secara umum ditunjukkan untuk menghasilkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang sikap dan perilakunya senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Bangsa Indonesia itu sendiri mempunyai tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara(GBHN) dalam pasal mengenai pendidikan, bahwa pendidikan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.



















BAB III
KESIMPULAN
Pada setiap proses pendidikan tentu dilakukan usaha secara sadar yang mengandung arti bahwa setiap usaha mengalami permulaan dan ada akhirannya. Tentu setiap pendidikan mempunyai suatu tujuan yang harus dicapai agar menjadikan suatu kondisi yang diinginkan setiap umat manusia.
Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik individu maupun kelompok. Tujuan pendidikan itu sendiri menyangkut beberapa sistem dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan. Tujuan pendidikan itu sendiri mempunyai tujuan tertinggi yaitu harus bertujuan untuk menyempurnakan pribadi seseorang dengan menonjolkan segala tenaga potensial yang dimilikinya.